eyang buyut Mariman Dwidjoatmodjo atau kami memanggilnya simbah Dwijo atau simbah Sukoharjo (karena domisilinya di Kab. Sukoharjo) lahir pada tanggal 15 Januari 1925 di Wonogiri dari pasangan eyang canggah Kromoredjo dan eyang canggah Jamiyem. Beliau menikah dengan eyang buyut Sumarsih binti Atmo Dihardjo (25 Mei 1930 – 20 Mei 2012) dan dikarunia 11 anak, yaitu :
- Noor Sahid (1 Juli 1947) – Noor
- Siti Zahar (25 April 1950) – Siti
- Siti Rahayu (21 September 1953) – Yayuk
- Siti Ummumiyati (5 September 1955 – 13 Juni 2020) – Umi
- Siti Zulia (2 Maret 1957 – 17 Juni 2012) – Zulia
- Noor Hakim (12 Juni 1959) – Hakim
- Muhammad Noor (28 Mei 1961) – Muh
- Siti Mardhiaty (5 Oktober 1962 – 27 Februari 2013) – Mar
- Ichsan Noor (21 Oktober 1965 – 21 Maret 1999) – Ichsan
- Muhammad Kusban (13 Desember 1967) – Kusban
- Siti Zakiah (15 Maret 1970) – Titik
Beliau lenggah (bertempat tinggal) di Jl Slamet Riyadi No 56, Kel Gayam Kec Sukoharjo Kab Sukoharjo – 57514 hingga meninggalnya. Rumah induk terbagi menjadi 2, omah lor (utara) dan omah kidul (selatan). Omah kidul di bagian depan difungsikan sebagai toko kelontong UD Abadi, toko kelontong yang masyhur pada waktu itu
eyang buyut Mariman Dwidjoatmodjo tilar (meninggal) pada tanggal 21 Juli 1999 di Sukoharjo dan semare (dimakamkan) di pemakaman umum di seberang masjid agung Baiturahmah Sokoharjo, di pinggir jalan raya Slamet Riyadi kel. Joho kec. Sukoharjo kab. Sukoharjo – Jawa Tengah. Makam beliau berdampingan dengan makam eyang buyut Sumarsih, eyang Ichsan Noor dan eyang Mardhiaty
Ada tiga hal yang paling kami ingat tentang eyang buyut Dwidjoatmodjo : 1. shalat berjama’ah 2. komitmen dalam perjuangan Islam 3. kecintaannya pada buku. eyang buyut Sumarsih dikenang karena kesetiaan pada suami, ibu super dalam merawat 11 anaknya dan tentu masakan enaknya 🙂